Seorang berkata kepada sang pujangga
"Cinta itu omong kosong, bedebah, tak bertanggung jawab dan sangat kasar, bagaimana kau bisa menuliskan makna cinta seindah itu? Sedangkan pengalaman mengatakan tak demikian."
Sang pujangga menjawab
"Sesungguhnya cinta itu indah, hanya saja ada yang menganggapnya seperti burung, memiliki warna dan bulu yang indah namun tak memiliki suara yang merdu. Jangan menyalahkan cinta, tapi salahkan perkataan manusia yang mengatasnamakan cinta. Tak ada yang bisa disakiti oleh cinta, karena cinta itu jauh lebih dalam dan tak bisa diungkapkan hanya dengan kata-kata. Tidak, bukan itu, cinta itu bukan pada saat manusia mengatakan aku mencintaimu."
Orang itu kembali berkata
"Bagaimana aku bisa mempercayaimu kalau cinta itu indah?"
Sang pujangga kembali berkata
"Duduklah di kursi itu nyonya, anggap saja kursi itu cinta yang di setiap kakinya memiliki kekuatan untuk menopang tubuhmu yang beberapa kali lipat beratnya dari kursi itu. Aku tidak bisa berjanji kalau cinta itu indah, karena sungguh, banyak manusia yang tak mengerti akan arti cinta yang sesungguhnya. Pasti cinta saat ini sedang sedih karena selalu disalahkan dan dihujat. Walaupun sayapnya terluka tapi cinta tetap hinggap di hati setiap insan yang membutuhkannya. Cinta selalu hidup seberapa besar seseorang ingin membunuhnya."
Pertanyaan terakhir kepada sang pujangga
"Bagaimana apabila manusia yang telah tersakiti oleh manusia lain yang mengatasnamakan cinta tak ingin jatuh cinta lagi? Bagaimana bila ia tak ingin mengenal cinta lagi?"
Sang pujangga tersenyum dan berkata
"Justru cinta itu datang bila kita tak menghendakinya, cinta itu anugerah, datang dengan sendirinya. Seperti sebuah tanaman, berawal dari biji lalu tumbuh dan memiliki buah. Bila kau tak menginginkannya datang di dalam hidupmu, maka cintalah yang akan mencarimu. Tanamlah dia di hatimu dengan kasih sayang yang tulus."
---Feby Oktarista Andriawan---